Jumat, 10 Februari 2017

Takdir yang Memaksa



FJ…
Takdir Yang Memaksa
Cuaca tak menentu, suasana isi hati ku. Keadaan makin sulit saja. Dengan kehidupan yang tiada henti mendatangkan cobaan. Hingar bingar kota busuk ini membuat aku muak pada diri ini. Bagi sebagian orang menanggapi ini sebagai sebuah anugerah, sebagian orang itu selain aku. Mereka hanyalah sekumpulan manusia yang serakah mencoba menentang takdir, memperbaiki nasib, bahkan menyalahkan aturan pencipta. Dan sungguh disayangkan  Ini bukan akhir dari segalanya, bahkan ini baru permulaan.
“Keluarlah atau perlu aku meledakkan isi kepalamu itu. Sangat menjijikkan!!” berhenti sejenak dan menoleh kebelakang.
“Ahh.. aku ketahuan ya, Hehe” ujarnya dengan konyol
“Sampai kapan kau akan menguntitku seperti itu?” gertak ku dengan nada malas.
“Pidu ayolahh, sampai kapan kau melarikan diri dari takdirmu ini?”
            Yah, benar ini takdirku. Apakah aku harus senang dengan takdir yang mempermainkan ku ini. Aku hanyalah gadis biasa, yang hidup tenang selama 18 tahun di desa yang sangat tentram. Aku berkebun dan mempunyai kedua orang tua yang sangat menyayangiku lebih dari semua yang mereka miliki, aku tumbuh dengan penuh kasih sayang, hidup kami berkecukupan sebagai penduduk desa.
Desa kami subur dan makmur, setidaknya sebelum hari itu terjadi..
1 Tahun Sebelumnya
                                                                                                                                                              2015
“Pidu sayang, pergilah memanen hasil kebun di ujung  desa” pinta ibuku dengan lembut
“Tunggu sampai ayah menjemputmu ya, anakku” ujar ayahku
            Setelah itu aku pergi tanpa menyangka bahwa itu adalah hal terakhir yang dikatakan mereka dan ayah mengingkarinya… ayah tak kunjung datang hingga senjapun tiba. Akupun tak tahu sejak kapan aku tertidur pulas sewaktu menunggu ayah. Tak lama setelah aku terbangun untuk pertama kali nya perasaan aneh yang bergeming di dadaku membuat aku sontak berdiri dan menangis sambil berlarian seperti ada sesuatu yang mendorongku untuk bergegas pulang. Untuk pertama kalinya suhu tubuhku tak karuan dan pikiran ku terasa mengawang mendahului ragaku sendiri. Seakan ia berlalu menembus angin.. tunggu!! Kenapa aku bisa melihat sesuatu yang jauh dari pandanganku. Aku sudah sampai melihat rumahku yang berantakan seperti ada gempa yang meluluh lantahkannya. Padahal ragaku masih menyisiri sungai untuk sampai ke rumah. Tanpa perduli apa yang terjadi padaku saat itu, aku segera memasuki rumah dan mencari kedua orang tuaku. Tak ada.. mereka tak terlihat di sekitar rumah, entah apa aku harus merasa lega atau aku harus sedih. ku ambil bingkai foto yang berserakan dilantai. Pada saat itu, seakan aku melihat kedua orang tuaku berlari kearah gudang persediaan hasil panen kami tak jauh dari rumah. Aku merasa heran dan takjud dari mana semua ini bisa terjadi pada ku.
Tunggu,
Aku melihat ada sosok hitam melayang yang mengejar ayah dan ibuku. Segera aku berlari menuju gudang penyimpanan.

Apa ini, aku yakin ini adalah gudang penyimpanan kami.
Tumpukan sayur mayur, buah-buahan segar dan berbagai hasil panen lainnya yang tertata di gudang, tapi yang sekarang aku lihat hanya ruang besar yang tampak bukan seperti gudang hasil panen. Tetapi, lebih layak seperti kastil untuk berdoa dipenuhi lilin dan buku buku tebal kuno serta benda-benda aneh lainnya. Akupun tertengun beberapa saat.
Aku menyusuri ruang tersebut dan aku terkejut melihat ayahku memakai jubah putih dan tampak bukan seperti ayah. Namun, aku yakin itu adalah ayahku. Ibuku terlihat ketakutan dan menangis tersedu sedu di pelukan ayahku. Aku berteriak sekencang mungkin hingga tenggorokan ku sakit. Namun seolah mereka berdua tak menghiraukan teriakan ku.
Bukaan..
Mereka bukan berdua, mereka bertiga bersama sosok hitam itu lagi. Apa  mereka tidak  bisa mendengarku, mereka tepat didepan mataku. Kenapa mereka seakan tidak menyadari kehadiranku.
Aku disini ibu, ayah. Aku takut
Aku terus berusaha menyentuh mereka tapi aku tak bisa. Mereka tak menyadari ada aku disni. Sosok hitam itu tak melakukan apapun kepada ayah. Bahkan tak menyentuhnya, tetapi ayah terlihat sangat cemas dan kesakitan. Aku baru menyadari perut ayah berdarah, apa karena itu ibu tak berhenti menangis. Apa ini perbuatan makhluk itu. Aku tak terima aku mencoba melemparkan apapun yang ada disekitarku. Tapi aku tak bisa menyentuh apapun dengan tanganku.
Ayah ibu bertahanlah. Hanya itu yang bisa aku katakan. Aku tak sanggup melihat ayahku kesakitan bahkan tanpa disentuh makhluk itu. Kemudian sekarang apa yang ia lakukan pada ibuku. Ibuku seakan merasa tercekik hingga lemas tak berdaya.
Masih terngiang di telingaku sosok itu mengatakan Sudah berapa lama kalian bersembunyi.tak akan lepas dari takdir yang akan menjemputmu.
Sontak aku terberteriak tidaakkkkk.. jangan. Tolong jangan lakukan ini pada ayahku. Ibu tolong sadarlah. Siapapun tolong kami. jangann kumohon..hikzzhikkzzhikzz ayahhh  ibu maaf kan aku.huuuhuuuhuuuu
            Setelah kejadian itu, ibu dan ayah ku lenyap bersama dengan sosok hitam itu tanpa aku mengerti sedikitpun. Kecuali kenyataan pahit bahwa kedua orang tuaku sudah tiada. Aku berharap ini hanyalah mimpi, aku tak sadarkan diri kenapa aku tergeletak di pesisir sungai dan aku harap ini hanyalah mimpi. harapanku begitu besar hingga pada kenyataanya benar gudang kami berubah menjadi kastil yang persis ada dimimpiku dan satu lagi kenyataan itu bukanlah mimpi…
Bukan hanya gudang penyimpananku yang berubah jadi kastil, semua kebun kami yang biasa kaulihat ternyata hamparan hutan belantara yang indah. Aku hampir tak mengenali rumahku, serupa dengan kastil tersebut namun tak terlihat benda aneh seperti yang ada di bekas gudang ku itu. Untuk beberapa hari aku tergeletak tanpa hasrat untuk hidup. Namun setelah kejadian itu terlalu banyak perubahan yang aku alami. Hal yang tak bisa dijawab logika; aku dapat mendengar suara hati hewan disekitarku, merasakan apa yang akan terjadi, melihat masa lalu, tentu saja aku belum mengetahui apakah itu berlaku untuk manusia yang aku jumpai. Karena desa yang aku tinggali ternyata hanyalah hutan belantara yang damai tanpa kehidupan manusia. Aku tak mengerti kemana semua penduduk desa apakah itu juga aneh?, tidak..tidak cukup aneh ketika aku melihat lebih banyak keanehan yang terjadi belakangan ini. Bahkan aku tak tau sudah berapa lama aku seperti ini. Aku memberanikan diri kembali ke kastil gudang panenku itu. Aku melihat semua catatan kuno dengan bahasa yang aneh dan tak terlalu aneh aku dapat membacanya karena sudah terlampau banyak keanehan yang terjadi. Dan sekarang aku memahaminya.

         
 
2016
Aku pergi kekota untuk pertama kalinya dalam hidupku. Dan kesan pertamaku begitu buruk tentang manusia dikota ini. Apakah karena memang aku sesungguhnya tidak pernah bertemu dengan manusia ataukah manusia memang seperti ini? Mendapati kenyataan sesungguhnya aku bagian dari manusia itu sendiri membuatku malu mengakui aku adalah setengah manusia. Aku melebihi apa yang tak bisa manusia lakukan dengan melampauinya seperti ayahku dan aku lemah layaknya manusia biasa seperti ibuku. Tetapi sesungguhnya aku sangat terbebani oleh keadaan ini; mendengar suara hati yang penuh amarah, kedengkian, kepalsuan membuatku muak, dan melihat masa lalu serta masa depan yang sering melintas di kepalaku itu sangat merepotkan, karena aku tak mau terlibat di kehidupan seseorang.
“Heii.. Pidu sampai kapan kau berdiam diri seperti”
“Kau..”
“Berhentilah memanggilku dengan sebutan itu !! dan berhentilah mengikutiku brengsek”

“Ayolah pidu, kau bahkan tak menyebutkan namamu. Terimalah takdirmu bahwa kau adalah penyelamatku? Kau menyelamatkanku dari kematian. Aku akan mengabdi padamu wahai piduku”
“seharunya aku biarkan kau mati” ucapku dengan menyesal. Itulah mengapa aku tidak mau terlibat di kehidupan orang lain. Seharusnya aku biarkan saja dia tertipu dengan rekan bisnisnya, hingga dia bangkrut dan berakhir bunuh diri. Itulah yang aku lihat pada masa depannya. Dan aku mengacaukan nya hingga sekarang menyulitkan diriku sendiri karena dia terus mengikutiku. Sesungguhnya bukan hanya karena dia mengikutiku, tetapi karena pikiran menjijikkannya yang menginginkan aku menjadi jimat keberuntungan dalam bisnisnya itu yang membuat aku muak dan menyesali perbuatanku telah menolongnya. Mungkin lain kali aku akan lebih acuh saja pada nasib seseorang.
Bukankah manusia itu memang saling menghancurkan, untuk tetap hidup mereka saling memanfaatkan. Sekarang aku mengetahui mengapa ayah membuat kehidupan sendiri ditengah hutan tanpa peradaban manusia sesungguhnya, dia melakukan ini semata-mata untuk menjagaku, membuat aku hidup damai dan tentram. Bahkan dia telah mengetahui masa depanku dan meninggalkan tulisan tentang banyak pertanyaan yang ingin ku ketahui setelah kejadian kelam itu. Bahwa ayahku sesungguhnya setengah dewa dan ibuku adalah manusia biasa.
Mereka adalah sepasang makhluk yang ditentang untuk saling mencinta hingga mereka melarikan diri dari takdir dan membesarkan aku dengan kehidupan sempurna hingga aku siap menerima kenyataan yang sesungguhnya. Disitu tertulis bahwa ayah menulis ini semua bahkan sebelum aku dilahirkan didunia dan bahkan sebelum ayam mengenal ibu. Ayah mengatakan untuk aku tetap hidup normal dan membantu siapapun yang kesulitan dengan kelebihan yang aku punya. Dengan begitu ayah dan ibuku akan diberi pengampunan atas takdir yang ditentangnya.
Dan pada saat itu aku berniat untuk menghapuskan dosa ayahku.
Dan membantu manusia yang bahkan aku tak mengenal mereka.
Ini semua demi kedua orang tua ku..
                        FJ